ANEMIA
A.
Pengertian
Anemia adalah kekurangan sel darah merah, yang ditunjukkan oleh rendahnya
tingkat hemoglobin yang sehat. Tingkat hemoglobin normal pada anak lebih
rendah dari tingkat hemoglobin pada orang dewasa. Bayi baru lahir memiliki
hemoglobin normal 170-200 g/l. Setelah lahir, konsentrasi hemoglobin
menurun drastis sehingga pada usia 2-3 bulan kadar hemoglobinnya
berkisar 110-120 g/l. Kisaran ini bertahan terus hingga usia sekolah, yang
meningkat menjadi 130 g/l.
Anemia
dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak yang berdampak serius
dalam jangka panjang. Asian Development Bank (ADB) mengatakan bahwa
sekitar 22 juta anak di Indonesia terkena anemia, yang menyebabkan hilangnya
angka IQ 5 sampai 15 poin, prestasi sekolah yang buruk dan kerugian
potensi masa depan hingga 2,5%. Karena itu, kita semua harus mewaspadainya.
B. Penyebab
Anemia pada anak disebabkan oleh faktor-faktor yang sama dengan anemia pada orang dewasa. Namun,
penyebab anemia pada anak-anak juga memiliki kekhasan tersendiri, di
antaranya:
- Kekurangan zat besi
Kekurangan
zat besi adalah penyebab utama anemia pada anak. Sebenarnya, bila anak
mendapatkan makanan bergizi yang cukup, sangat kecil kemungkinannya mereka
mengalami kekurangan zat besi. Namun, banyak anak-anak dari kalangan tidak
mampu yang kurang mendapatkan makanan bergizi sehingga mengalami anemia dan
gejala kurang gizi lainnya. Anak-anak dari kalangan mampu juga dapat terkena
anemia bila memiliki gangguan pola makan atau berpola makan tidak seimbang.
- Parasit
Anak-anak
dapat mengalami anemia karena mengidap cacingan. Pola makan
anak mungkin normal, namun penyerapan nutrisinya terganggu karena
diserobot cacing di dalam perutnya.
- Menstruasi
Anemia dapat
terjadi pada remaja putri yang mengalami perdarahan menstruasi berat dan
berkepanjangan.
- Infeksi
Penyakit
infeksi tertentu dapat mengganggu pencernaan dan mengganggu produksi sel darah
merah.
- Penyakit ginjal
Anemia dapat
menjadi tanda awal gangguan ginjal pada anak.
Jenis anemia khusus yang disebut anemia hemolitik disebabkan oleh
penghancuran sel-sel darah merah secara prematur dan sumsum tulang tidak
bisa memenuhi permintaan tubuh untuk sel-sel baru. Bentuk umum dari anemia
hemolitik yang bersifat genetik adalah anemia sel sabit, talasemia, dan
defisiensi dehidrogenase glukosa-6-fosfat. Jenis lainnya yang disebut anemia
aplastik disebabkan oleh kelainan darah di mana sumsum tulang tidak membuat
sel-sel darah baru dalam jumlah cukup.
C. Gejala
Anemia ringan dan sedang seringkali tidak menimbulkan gejala dan baru
diketahui dari pemeriksaan darah. Anemia yang berlangsung lama mungkin hanya
memberikan gejala tidak kentara seperti lemah dan pucat. Bila
anemia terbentuk secara bertahap, anak dapat memiliki kadar hemoglobin yang
sangat rendah tetapi tidak menunjukkan gejala yang jelas karena tubuhnya
telah beradaptasi. Anemia yang berkembang cepat menimbulkan pengaruh yang lebih
kuat dan lebih mudah dilihat.
Anak dengan anemia berat mungkin memiliki tanda dan gejala tambahan seperti
sesak napas, detak jantung cepat, dan bengkak di tangan dan kaki.
Anak-anak yang kekurangan zat besi karena kurang gizi dapat memakan benda
yang aneh seperti rumput, tanah, bunga dan daun-daunan. Perilaku ini
disebut “pica” dan tidak berbahaya kecuali jika anak Anda makan sesuatu yang
beracun. Biasanya “pica” berhenti setelah anemia diterapi dan anak tumbuh
lebih besar.
D. Penanganan
Bila anak terlihat pucat, lemah, mudah lelah dan gejala anemia lainnya,
Anda harus segera memeriksakannya ke dokter. Anemia yang disebabkan oleh
kekurangan zat besi sangat mudah perawatannya. Dengan pemberian suplemen zat
besi maka hemoglobin akan meningkat dalam beberapa minggu. Penanganan
anemia karena sebab lain harus dihilangkan dulu penyebabnya agar efek
pemulihannya permanen.
E. Tips
mencegah anemia
- Usahakan
memberikan
air susu ibu (ASI) sampai setidaknya anak berumur 12 bulan
(idealnya sampai 2 tahun). Ibu menyusui
disarankan mengkonsumsi makanan yang cukup zat besi.
- Jika
anak Anda sudah mendapatkan
makanan tambahan, usahakan menambahkan sereal,
bayam, kangkung, katuk dan sumber zat besi lainnya dalam menu makanan
padat yang diberikan.
- Jika
Anda memberikan susu formula kepada bayi Anda, pilihlah susu formula yang
diperkaya dengan zat besi.
- Pastikan
anak Anda yang lebih besar memiliki pola
makan seimbang dengan makanan yang mengandung zat besi.
Kuning telur, daging merah, kentang, tomat, hati dan sayuran adalah
makanan alami yang kaya zat besi.
- Ajarkan
anak-anak kebiasaan hidup bersih sehingga terhindar
dari penyakit infeksi dan parasit.