Thursday, 14 April 2016

HEMODIALISA

DIALISIS


A.  Pengertian
       Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. (Smeltzer, 2002)
       Dialisis adalah pertukaran beberapa fungsi ekskresi ginjal tetapi tidak mengganti fungsi endokrin dan metabolik ginjal. Merujuk ke difusi pemecahan molekul melalui membran semi permeabel, dari bagian konsentrasi paling tinggi ke konsentrasi yang paling rendah. (Nursalam, Batticaca, 2008)
       Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali. Metode terapi mencakup hemodialisis, hemofiltrasi, dan peritonial dialisis. (Smeltzer, 2002)
       Dialisis dilakukan pada gagal ginjal untuk mengeluarkan zat-zat toksik dan limbah tubuh yang dalam keadaan normal diekskresikan oleh ginjal yang sehat. Dialisis juga dilakukan dalam penanganan pasien dengan edema yang membandel (tidak responsif terhadap terapi), koma hepatikum, hiperkalemia, hiperkalsemia, hipertensi, dan uremia. Dialisis akut diperlukan bila terdapat kadar kalium yang tinggi atau yang meningkat, kelebihan muatan cairan atau edema pulmoner yang mengancam, asidosis yang meningkat, perikarditis dan konfusi yang berat. Tindakan ini juga dapat dikerjakan untuk menghilangkan obat-obat tertentu atau toksin lain (keracunan atau dosis obat yang berlebihan). Dialisis kronis atau pemeliharaan dibutuhkan pada gagal ginjal kronis (penyakit ginjal stadium terminal) dalam keadaan berikut : terjadinya tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai seluruh sistem tubuh (mual serta muntah, anoreksia berat, peningkatan letargi, konfusi mental), kadar kalium serum yang meningkat, muatan cairan berlebih yang tidak responsif terhadap terapi diuretik serta pembatasan cairan, dan penurunan status kesehatan yang umum. (Smeltzer, 2002)

B.  Metode Dialisis
       Menurut Nursalam dan Batticaca (2008) metode dialisis meliputi :
1.    Hemodialisis
2.    Dialisis peritonium
3.    Dialisis peritonium ambulatori kontinu
4.    Dialisis peritonium siklus kontinu

1.    Hemodialisis
       Hemodialisis adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampeh buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien penyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu singkat. (Nursalam, Batticaca, 2008)
       Tujuan hemodialisis adalah mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Pada hemodialisis, aliran darah yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien. Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu : difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi.
       Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah, yang memiliki konsentrasi yang lebih rendah. Cairan dialisat tersusun dari semua elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal. Kadar elektrolit darah dapat dikendalikan dengan mengatur rendaman dialisat (dialysate bath) secara tepat.
       Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan, dengan kata lain air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Gradien ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negatif diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat mengekskresikan air, kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan). Sistem dapar (buffer system) tubuh dipertahankan dengan penambahan asetat yang akan berdifusi dari cairan dialisat ke dalam darah pasien dan mengalami metabolisme untuk membentuk bikarbonat. Darah yang sudah dibersihkan kemudian dikembalikan ke dalam tubuh melalui pembuluh vena pasien. (Smeltzer, 2002)
2.      Dialisis Peritoneal
Pada dialisis peritoneal, permukaan peritoneum yang luasnya sekitar 22.000 cm² berfungsi sebagai permukaan difusi. Cairan dialisis yang tepat dan steril dimasukan kedalam kavum peritoneal menggunakan kateter abdomen dengan interval. Biasanya dialisis peritoneal membutuhkan waktu 36 hingga 48 jam untuk menyelesaikan proses pencucian darah tersebut.
Tujuan dari dialisis peritoneal adalah untuk mengeluarkan zat-zat toksin serta limbah metabolik, mengembalikan keseimbangan cairan yang normal dengan mengeluarkan cairan yang berlebihan, dan memulihkan keseimbangan elektrolit. Pasien diabetes atau penyakit kardiovaskuler, pasien lansia dan pasien yang berisiko mengalami efek samping dari pemberian heparin secara sistemik merupakan calon yang sesuai untuk tindakan dialisis peritoneal guna mengatasi gagal ginjal.
Persiapan pasien yang akan menjalani Dialisis Peritoneal, berada dalam keadaan sakit akut sehingga memerlukan terapi jangka pendek untuk memperbaiki gangguan berat pada status cairan dan elektrolit. Proses persiapan pasien dan keluarga yang dilaksanakan oleh perawat untuk menghadapi dialisis peritoneal tergantung status fisik serta psikologi pasien tingkat kesadaran, pengalaman dan pemahaman serta adaptasi pasien. Prosedur dialisis peritoneal perlu dijelaskan kepada pasien dan surat persetujuan (informed consent).data dasar mengenai tanda-tanda vital, berat badan dan kadar elektrolit serum dicatat, pengosongan kandung kemih dan usus untuk memperkecil risiko tertusuknya organ-organ internal. Kaji rasa cemas pasien dan berikan dukungan serta petunjuk prosedur yang harus dilakukan.
Persiapan peralatan Dialisi Peritoneal, perawat harus konsultasi dengan dokter untuk menentukan konsentrasi larutan dialisat dan obat-obatan tambahan. Heparin dapat ditambah untuk mencegah pembentukan bekuan fibrin yang dapat menyumbat kateter peritoneal. Kalium klorida untuk mencegah hipokalemia dan Antibiotik untuk mengobati peritonitis. Larutan yang terlalu dingin akan menimbulkan nyeri serta fase kontriksi dan menurunkan klirens, larutan yang terlalu panas akan membakar peritonium. Sesaat sebelum dialisis dimulai, peralatan dan selang untuk dialisis dirakit. Selang diisi dengan cairan dialisat yang sudah dipersiapkan untuk mengurangi jumlah udara yang masuk kedalam kateter serta kavum peritoneal, yang dapat menyebabkan gangguan rasa nyaman pada abdomen dan menggangu petesesan serta pengaliran keluar cairan dialisat. 
Pemasangan Kateter Dialisis Peritoneal, Idealnya, kateter peritoneal dipasang dalam kamar operasi untuk mempertahankan asepsis operasi dan memperkecil risiko kontaminasi. Sebuah kateter stylet digunakan jika dialisis peritoneal diperkirakan akan dilaksanakan dalam waktu singkat. Sebelum prosedur ini dilakukan, kulit abdomen dipersiapkan dengan larutan antiseptik lokal untuk mengurangi risiko kontaminasi serta infeksi pada lokasi pemasangan kateter. Sebuah trokar (alat berujung tajam) digunakan untuk menusuk peritonium sementara pasien mengencangkan otot abdomennya dengan cara mengangkat kepala. Kateter disisipkan lewat trokar dan kemudian diatur posisinya. Cairan dialisat yang sudah dipersiapkan diinfuskan kedalam kavum peritoneal dengan mendorong omentum (lapisan peritoneal yang membentang dari organ-organ abdomen) menjauhi kateter. Sebuah jahitan purse-string dapat dibuat untuk mengikat kateter pada tempatnya.

No comments:

Post a Comment