DIALISIS
A. Pengertian
Dialisis
merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk
limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut.
(Smeltzer, 2002)
Dialisis
adalah pertukaran beberapa fungsi ekskresi ginjal tetapi tidak mengganti fungsi
endokrin dan metabolik ginjal. Merujuk ke difusi pemecahan molekul melalui
membran semi permeabel, dari bagian konsentrasi paling tinggi ke konsentrasi
yang paling rendah. (Nursalam, Batticaca, 2008)
Tujuan
dialisis adalah untuk mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai
fungsi ginjal pulih kembali. Metode terapi mencakup hemodialisis, hemofiltrasi,
dan peritonial dialisis. (Smeltzer, 2002)
Dialisis
dilakukan pada gagal ginjal untuk mengeluarkan zat-zat toksik dan limbah tubuh
yang dalam keadaan normal diekskresikan oleh ginjal yang sehat. Dialisis juga
dilakukan dalam penanganan pasien dengan edema yang membandel (tidak responsif
terhadap terapi), koma hepatikum, hiperkalemia, hiperkalsemia, hipertensi, dan
uremia. Dialisis akut diperlukan bila terdapat kadar kalium yang tinggi atau
yang meningkat, kelebihan muatan cairan atau edema pulmoner yang mengancam,
asidosis yang meningkat, perikarditis dan konfusi yang berat. Tindakan ini juga
dapat dikerjakan untuk menghilangkan obat-obat tertentu atau toksin lain
(keracunan atau dosis obat yang berlebihan). Dialisis kronis atau pemeliharaan
dibutuhkan pada gagal ginjal kronis (penyakit ginjal stadium terminal) dalam
keadaan berikut : terjadinya tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai
seluruh sistem tubuh (mual serta muntah, anoreksia berat, peningkatan letargi,
konfusi mental), kadar kalium serum yang meningkat, muatan cairan berlebih yang
tidak responsif terhadap terapi diuretik serta pembatasan cairan, dan penurunan
status kesehatan yang umum. (Smeltzer, 2002)
B. Metode
Dialisis
Menurut
Nursalam dan Batticaca (2008) metode dialisis meliputi :
1.
Hemodialisis
2.
Dialisis peritonium
3.
Dialisis peritonium ambulatori kontinu
4.
Dialisis peritonium siklus kontinu
1.
Hemodialisis
Hemodialisis adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampeh
buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal
atau pasien penyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu singkat. (Nursalam,
Batticaca, 2008)
Tujuan
hemodialisis adalah mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan
mengeluarkan air yang berlebihan. Pada hemodialisis, aliran darah yang penuh
dengan toksin dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialiser
tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh
pasien. Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu : difusi,
osmosis, dan ultrafiltrasi.
Toksin
dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara
bergerak dari darah, yang memiliki konsentrasi yang lebih rendah. Cairan
dialisat tersusun dari semua elektrolit yang penting dengan konsentrasi
ekstrasel yang ideal. Kadar elektrolit darah dapat dikendalikan dengan mengatur
rendaman dialisat (dialysate bath)
secara tepat.
Air yang
berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air
dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan, dengan kata lain air
bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih
rendah. Gradien ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang
dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negatif diterapkan
pada alat ini sebagai kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi
pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat mengekskresikan air, kekuatan ini
diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan
cairan). Sistem dapar (buffer system)
tubuh dipertahankan dengan penambahan asetat yang akan berdifusi dari cairan
dialisat ke dalam darah pasien dan mengalami metabolisme untuk membentuk
bikarbonat. Darah yang sudah dibersihkan
kemudian dikembalikan ke dalam tubuh melalui pembuluh vena pasien. (Smeltzer,
2002)
2.
Dialisis Peritoneal
Pada dialisis peritoneal, permukaan peritoneum yang
luasnya sekitar 22.000 cm² berfungsi sebagai permukaan difusi. Cairan dialisis
yang tepat dan steril dimasukan kedalam kavum peritoneal menggunakan kateter
abdomen dengan interval. Biasanya dialisis peritoneal membutuhkan waktu 36
hingga 48 jam untuk menyelesaikan proses pencucian darah tersebut.
Tujuan dari dialisis peritoneal
adalah untuk mengeluarkan zat-zat toksin serta limbah metabolik, mengembalikan
keseimbangan cairan yang normal dengan mengeluarkan cairan yang berlebihan, dan
memulihkan keseimbangan elektrolit. Pasien diabetes atau penyakit
kardiovaskuler, pasien lansia dan pasien yang berisiko mengalami efek samping
dari pemberian heparin secara sistemik merupakan calon yang sesuai untuk
tindakan dialisis peritoneal guna mengatasi gagal ginjal.
Persiapan pasien yang akan menjalani
Dialisis Peritoneal, berada dalam keadaan sakit akut sehingga memerlukan terapi
jangka pendek untuk memperbaiki gangguan berat pada status cairan dan
elektrolit. Proses persiapan pasien dan keluarga yang dilaksanakan oleh perawat
untuk menghadapi dialisis peritoneal tergantung status fisik serta psikologi
pasien tingkat kesadaran, pengalaman dan pemahaman serta adaptasi pasien.
Prosedur dialisis peritoneal perlu dijelaskan kepada pasien dan surat
persetujuan (informed consent).data
dasar mengenai tanda-tanda vital, berat badan dan kadar elektrolit serum
dicatat, pengosongan kandung kemih dan usus untuk memperkecil risiko
tertusuknya organ-organ internal. Kaji rasa cemas pasien dan berikan dukungan
serta petunjuk prosedur yang harus dilakukan.
Persiapan peralatan Dialisi
Peritoneal, perawat harus konsultasi dengan dokter untuk menentukan konsentrasi
larutan dialisat dan obat-obatan tambahan. Heparin dapat ditambah untuk
mencegah pembentukan bekuan fibrin yang dapat menyumbat kateter peritoneal.
Kalium klorida untuk mencegah hipokalemia dan Antibiotik untuk mengobati
peritonitis. Larutan yang terlalu dingin akan menimbulkan nyeri serta fase
kontriksi dan menurunkan klirens, larutan yang terlalu panas akan membakar
peritonium. Sesaat sebelum dialisis dimulai, peralatan dan selang untuk
dialisis dirakit. Selang diisi dengan cairan dialisat yang sudah dipersiapkan
untuk mengurangi jumlah udara yang masuk kedalam kateter serta kavum
peritoneal, yang dapat menyebabkan gangguan rasa nyaman pada abdomen dan
menggangu petesesan serta pengaliran keluar cairan dialisat.
Pemasangan
Kateter Dialisis Peritoneal, Idealnya, kateter peritoneal dipasang dalam kamar
operasi untuk mempertahankan asepsis operasi dan memperkecil risiko
kontaminasi. Sebuah kateter stylet digunakan
jika dialisis peritoneal diperkirakan akan dilaksanakan dalam waktu singkat.
Sebelum prosedur ini dilakukan, kulit abdomen dipersiapkan dengan larutan
antiseptik lokal untuk mengurangi risiko kontaminasi serta infeksi pada lokasi
pemasangan kateter. Sebuah trokar
(alat berujung tajam) digunakan untuk menusuk peritonium sementara pasien
mengencangkan otot abdomennya dengan cara mengangkat kepala. Kateter disisipkan
lewat trokar dan kemudian diatur posisinya. Cairan dialisat yang sudah
dipersiapkan diinfuskan kedalam kavum peritoneal dengan mendorong omentum (lapisan peritoneal yang
membentang dari organ-organ abdomen) menjauhi kateter. Sebuah jahitan purse-string dapat dibuat untuk mengikat
kateter pada tempatnya.
No comments:
Post a Comment