Thursday, 21 April 2016

ANEMIA

ANEMIA

A.  Pengertian
Anemia adalah kekurangan sel darah merah, yang ditunjukkan oleh rendahnya tingkat hemoglobin yang sehat. Tingkat hemoglobin normal pada anak lebih rendah dari tingkat hemoglobin pada orang dewasa. Bayi baru lahir memiliki hemoglobin normal 170-200 g/l. Setelah lahir, konsentrasi hemoglobin menurun drastis sehingga pada usia 2-3 bulan kadar hemoglobinnya berkisar 110-120 g/l. Kisaran ini bertahan terus hingga usia sekolah, yang meningkat menjadi 130 g/l.
Anemia  dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak yang berdampak serius dalam jangka panjang. Asian Development Bank (ADB) mengatakan bahwa sekitar 22 juta anak di Indonesia terkena anemia, yang menyebabkan hilangnya angka IQ  5 sampai 15 poin, prestasi sekolah yang buruk dan kerugian potensi masa depan hingga 2,5%. Karena itu, kita semua harus mewaspadainya.

B. Penyebab
Anemia pada anak disebabkan oleh faktor-faktor yang sama dengan anemia pada orang dewasa. Namun, penyebab anemia pada anak-anak juga memiliki kekhasan tersendiri, di antaranya:
  1. Kekurangan zat besi
Kekurangan zat besi adalah penyebab utama anemia pada anak. Sebenarnya, bila anak mendapatkan makanan bergizi yang cukup, sangat kecil kemungkinannya mereka mengalami kekurangan zat besi. Namun, banyak anak-anak dari kalangan tidak mampu yang kurang mendapatkan makanan bergizi sehingga mengalami anemia dan gejala kurang gizi lainnya. Anak-anak dari kalangan mampu juga dapat terkena anemia bila memiliki gangguan pola makan atau berpola makan tidak seimbang.
  1. Parasit
Anak-anak dapat mengalami anemia karena mengidap cacingan. Pola makan anak mungkin normal, namun penyerapan nutrisinya terganggu karena diserobot cacing di dalam perutnya.
  1. Menstruasi
Anemia dapat terjadi pada remaja putri yang mengalami perdarahan menstruasi berat dan berkepanjangan.
  1. Infeksi
Penyakit infeksi tertentu dapat mengganggu pencernaan dan mengganggu produksi sel darah merah.
  1. Penyakit ginjal
Anemia dapat menjadi tanda awal gangguan ginjal pada anak.
Jenis anemia khusus yang disebut anemia hemolitik disebabkan oleh penghancuran sel-sel darah merah secara prematur dan sumsum tulang tidak bisa memenuhi permintaan tubuh untuk sel-sel baru. Bentuk umum dari anemia hemolitik yang bersifat genetik adalah anemia sel sabit, talasemia, dan defisiensi dehidrogenase glukosa-6-fosfat. Jenis lainnya yang disebut anemia aplastik disebabkan oleh kelainan darah di mana sumsum tulang tidak membuat sel-sel darah baru dalam jumlah cukup.

C. Gejala
Anemia ringan dan sedang seringkali tidak menimbulkan gejala dan baru diketahui dari pemeriksaan darah. Anemia yang berlangsung lama mungkin hanya memberikan gejala tidak kentara seperti lemah dan pucat. Bila anemia terbentuk secara bertahap, anak dapat memiliki kadar hemoglobin yang sangat rendah tetapi tidak menunjukkan gejala yang jelas karena tubuhnya telah beradaptasi. Anemia yang berkembang cepat menimbulkan pengaruh yang lebih kuat dan lebih mudah dilihat.
Anak dengan anemia berat mungkin memiliki tanda dan gejala tambahan seperti sesak napas, detak jantung cepat, dan bengkak di tangan dan kaki.
Anak-anak yang kekurangan zat besi karena kurang gizi dapat memakan benda yang aneh seperti rumput, tanah, bunga dan daun-daunan. Perilaku ini disebut “pica” dan tidak berbahaya kecuali jika anak Anda makan sesuatu yang beracun. Biasanya “pica” berhenti setelah anemia diterapi dan anak tumbuh lebih besar.

D. Penanganan
Bila anak terlihat pucat, lemah, mudah lelah dan gejala anemia lainnya, Anda harus segera memeriksakannya ke dokter. Anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi sangat mudah perawatannya. Dengan pemberian suplemen zat besi maka hemoglobin akan meningkat dalam beberapa minggu. Penanganan anemia karena sebab lain harus dihilangkan dulu penyebabnya agar efek pemulihannya permanen.

E.  Tips mencegah anemia
  1. Usahakan memberikan air susu ibu (ASI) sampai setidaknya anak berumur 12 bulan (idealnya sampai 2 tahun). Ibu menyusui disarankan mengkonsumsi makanan yang cukup zat besi.
  2. Jika anak Anda sudah mendapatkan makanan tambahan, usahakan menambahkan sereal, bayam, kangkung, katuk dan sumber zat besi lainnya dalam menu makanan padat yang diberikan.
  3. Jika Anda memberikan susu formula kepada bayi Anda, pilihlah susu formula yang diperkaya dengan zat besi.
  4. Pastikan anak Anda yang lebih besar memiliki pola makan seimbang dengan makanan yang mengandung zat besi. Kuning telur, daging merah, kentang, tomat, hati dan sayuran adalah makanan alami yang kaya zat besi.
  5. Ajarkan anak-anak kebiasaan hidup bersih sehingga terhindar dari penyakit infeksi dan parasit.


Thursday, 14 April 2016

HEMODIALISA

DIALISIS


A.  Pengertian
       Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. (Smeltzer, 2002)
       Dialisis adalah pertukaran beberapa fungsi ekskresi ginjal tetapi tidak mengganti fungsi endokrin dan metabolik ginjal. Merujuk ke difusi pemecahan molekul melalui membran semi permeabel, dari bagian konsentrasi paling tinggi ke konsentrasi yang paling rendah. (Nursalam, Batticaca, 2008)
       Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali. Metode terapi mencakup hemodialisis, hemofiltrasi, dan peritonial dialisis. (Smeltzer, 2002)
       Dialisis dilakukan pada gagal ginjal untuk mengeluarkan zat-zat toksik dan limbah tubuh yang dalam keadaan normal diekskresikan oleh ginjal yang sehat. Dialisis juga dilakukan dalam penanganan pasien dengan edema yang membandel (tidak responsif terhadap terapi), koma hepatikum, hiperkalemia, hiperkalsemia, hipertensi, dan uremia. Dialisis akut diperlukan bila terdapat kadar kalium yang tinggi atau yang meningkat, kelebihan muatan cairan atau edema pulmoner yang mengancam, asidosis yang meningkat, perikarditis dan konfusi yang berat. Tindakan ini juga dapat dikerjakan untuk menghilangkan obat-obat tertentu atau toksin lain (keracunan atau dosis obat yang berlebihan). Dialisis kronis atau pemeliharaan dibutuhkan pada gagal ginjal kronis (penyakit ginjal stadium terminal) dalam keadaan berikut : terjadinya tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai seluruh sistem tubuh (mual serta muntah, anoreksia berat, peningkatan letargi, konfusi mental), kadar kalium serum yang meningkat, muatan cairan berlebih yang tidak responsif terhadap terapi diuretik serta pembatasan cairan, dan penurunan status kesehatan yang umum. (Smeltzer, 2002)

B.  Metode Dialisis
       Menurut Nursalam dan Batticaca (2008) metode dialisis meliputi :
1.    Hemodialisis
2.    Dialisis peritonium
3.    Dialisis peritonium ambulatori kontinu
4.    Dialisis peritonium siklus kontinu

1.    Hemodialisis
       Hemodialisis adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampeh buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien penyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu singkat. (Nursalam, Batticaca, 2008)
       Tujuan hemodialisis adalah mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Pada hemodialisis, aliran darah yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien. Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu : difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi.
       Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah, yang memiliki konsentrasi yang lebih rendah. Cairan dialisat tersusun dari semua elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal. Kadar elektrolit darah dapat dikendalikan dengan mengatur rendaman dialisat (dialysate bath) secara tepat.
       Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan, dengan kata lain air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Gradien ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negatif diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat mengekskresikan air, kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan). Sistem dapar (buffer system) tubuh dipertahankan dengan penambahan asetat yang akan berdifusi dari cairan dialisat ke dalam darah pasien dan mengalami metabolisme untuk membentuk bikarbonat. Darah yang sudah dibersihkan kemudian dikembalikan ke dalam tubuh melalui pembuluh vena pasien. (Smeltzer, 2002)
2.      Dialisis Peritoneal
Pada dialisis peritoneal, permukaan peritoneum yang luasnya sekitar 22.000 cm² berfungsi sebagai permukaan difusi. Cairan dialisis yang tepat dan steril dimasukan kedalam kavum peritoneal menggunakan kateter abdomen dengan interval. Biasanya dialisis peritoneal membutuhkan waktu 36 hingga 48 jam untuk menyelesaikan proses pencucian darah tersebut.
Tujuan dari dialisis peritoneal adalah untuk mengeluarkan zat-zat toksin serta limbah metabolik, mengembalikan keseimbangan cairan yang normal dengan mengeluarkan cairan yang berlebihan, dan memulihkan keseimbangan elektrolit. Pasien diabetes atau penyakit kardiovaskuler, pasien lansia dan pasien yang berisiko mengalami efek samping dari pemberian heparin secara sistemik merupakan calon yang sesuai untuk tindakan dialisis peritoneal guna mengatasi gagal ginjal.
Persiapan pasien yang akan menjalani Dialisis Peritoneal, berada dalam keadaan sakit akut sehingga memerlukan terapi jangka pendek untuk memperbaiki gangguan berat pada status cairan dan elektrolit. Proses persiapan pasien dan keluarga yang dilaksanakan oleh perawat untuk menghadapi dialisis peritoneal tergantung status fisik serta psikologi pasien tingkat kesadaran, pengalaman dan pemahaman serta adaptasi pasien. Prosedur dialisis peritoneal perlu dijelaskan kepada pasien dan surat persetujuan (informed consent).data dasar mengenai tanda-tanda vital, berat badan dan kadar elektrolit serum dicatat, pengosongan kandung kemih dan usus untuk memperkecil risiko tertusuknya organ-organ internal. Kaji rasa cemas pasien dan berikan dukungan serta petunjuk prosedur yang harus dilakukan.
Persiapan peralatan Dialisi Peritoneal, perawat harus konsultasi dengan dokter untuk menentukan konsentrasi larutan dialisat dan obat-obatan tambahan. Heparin dapat ditambah untuk mencegah pembentukan bekuan fibrin yang dapat menyumbat kateter peritoneal. Kalium klorida untuk mencegah hipokalemia dan Antibiotik untuk mengobati peritonitis. Larutan yang terlalu dingin akan menimbulkan nyeri serta fase kontriksi dan menurunkan klirens, larutan yang terlalu panas akan membakar peritonium. Sesaat sebelum dialisis dimulai, peralatan dan selang untuk dialisis dirakit. Selang diisi dengan cairan dialisat yang sudah dipersiapkan untuk mengurangi jumlah udara yang masuk kedalam kateter serta kavum peritoneal, yang dapat menyebabkan gangguan rasa nyaman pada abdomen dan menggangu petesesan serta pengaliran keluar cairan dialisat. 
Pemasangan Kateter Dialisis Peritoneal, Idealnya, kateter peritoneal dipasang dalam kamar operasi untuk mempertahankan asepsis operasi dan memperkecil risiko kontaminasi. Sebuah kateter stylet digunakan jika dialisis peritoneal diperkirakan akan dilaksanakan dalam waktu singkat. Sebelum prosedur ini dilakukan, kulit abdomen dipersiapkan dengan larutan antiseptik lokal untuk mengurangi risiko kontaminasi serta infeksi pada lokasi pemasangan kateter. Sebuah trokar (alat berujung tajam) digunakan untuk menusuk peritonium sementara pasien mengencangkan otot abdomennya dengan cara mengangkat kepala. Kateter disisipkan lewat trokar dan kemudian diatur posisinya. Cairan dialisat yang sudah dipersiapkan diinfuskan kedalam kavum peritoneal dengan mendorong omentum (lapisan peritoneal yang membentang dari organ-organ abdomen) menjauhi kateter. Sebuah jahitan purse-string dapat dibuat untuk mengikat kateter pada tempatnya.

Thursday, 7 April 2016

RUMAH SEHAT DAN PHBS

A.      Rumah Sehat
1.    Pengertian
    Rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu, keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.
2.    Kriteria Rumah Sehat
     Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 829/Menkes/SK/VII/1999 ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal adalah sebagai berikut:
a.     Bahan bahan bangunan
       Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain:
1)      Debu total kurang dari 150 mg per meter persegi
2)       Asbestos kurang dari 0,5 serat per kubik, per 24 jam
3)      Timbal (Pb) kurang dari 300 mg per kg bahan
4)       Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen
b.      Komponen dan penataan ruangan
1)         Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
2)        Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan mudah dibersihkan
3)        Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
4)        Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir
5)        Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya
6)        Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap
c.         Pencahayaan
      Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.
d.      Kualitas udara
1)      Suhu udara nyaman, antara 18 – 30oC
2)      Kelembaban udara, antara 40 – 70 %
3)      Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm per 24 jam
4)      Pertukaran udara 5 kali 3 per menit untuk setiap penghuni
5)      Gas CO kurang dari 100 ppm per 8 jam
6)      Gas formaldehid kurang dari 120 mg per meter kubik
e.       Ventilasi
       Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
f.        Vektor penyakit
       Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
g.       Penyediaan air
1)      Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter per orang setiap hari.
2)      Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.
h.       Pembuangan Limbah
1)      Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.
2)      Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.
i.        Kepadatan hunian
      Luas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.

B.       Perilaku Hidup bersih dan Sehat
1.    Pengertian
       PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Dalam hal ini ada 5 program priontas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM.
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
2.    Indikator PHBS
a.    Kebersihan Perorangan : badan dan pakaian bebas dari kotoran, tidak ada kotoran hitam disekitar kuku dan kuku tersebut pendek.
b.    Penggunaan air bersih : air bersih untuk diminum (sudah dimasak) dan cuci tangan.
c.    Penggunaan jamban : jamban yang digunakan dalam keadaan bersih dan tidak berbau.
d.   Bak penampungan air bebas jentik : bak penampungan air bersih atau bebas lumpur, jentik dan lumur serta dikuras minimal 1 minggu sekali.
e.    Kebersihan lingkungan : lingkungan disekitar rumah dalam keadaan bersih dan bebas sampah. Sampah ditampung dan dibuang ditempat pembuangan.
f.     Gaya hidup tidak merokok : tidak ada anggota keluarga yang merokok di lingkungan rumah.
g.    Peserta jaminan pelayanan kesehatan masyarakat atau asuransi kesehatan lainnya. : biaya yang dbayarkan pad ajangka waktu yang telah ditentukan.
3.    Manfaat PHBS bagi Masyarakat
a.    Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
b.    Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan.
c.    Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
d.   Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat


Monday, 28 March 2016

DIARE

DIARE

A.     Definisi
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau darah saja. (Suraatmaja, 2005).
Diare adalah keadaan di mana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami defekasi sering dengan feses cair, atau feses tidak berbentuk. (Sodikin, 2011).

B.     Klasifikasi
1.  Diare akut : diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
2.  Diare kronik : diare yang berlanjut sampai 2minggu atau lebih dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa diare tersebut.

C.     Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor
1.   Faktor infeksi
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
a.   Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
b.   Infeksi virus : Enteroviru, Adenovirus, Rotavirus. Astrovirus.
c.  Infeksi parasit : Cacing ( Ascaris, Trichuris, Oxyuris, strongyloides ); Protozoa (Etamoba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis ); jamur ( Candida albicans ).
2.   Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa ), monosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa ). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa ).
b.   Malabsorbsi lemak
c.   Malabsorbsi protein
3.   Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4.   Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas.

D.     Tanda & Gejala
1.   Feses lunak, cair.
2.   Peningkatan frekuensi defekasi
3.   Kram perut
4.   Frekuensi bising usus meningkat

E.     Patofisologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1. Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.

F.    Komplikasi
1.   Dehidrasi
2.   Hipokalemia
3.   Hipoglikemia
4.   Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase
5.   Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik
6.   Malnutrisi energy

G.     Penatalaksanaan Medis & Keperawatan
Medis :
1.    Pemberian cairan : jenis caiaran,cara memberi cairan,jumlah pemberian cairan
2.    Dietetik (cara memberikan makanan)
3.    Obat – obatan
Keperawatan :
1.    Resiko terjadi gangguan siskulasi darah
2.    Kebutuhan nutrisi
3.    Risiko terjadi komplikasi
4.    Gangguan rasa aman dan nyaman
5.    Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakin

H.       Proses Keperawatan
1.   Pengkajian
a.   Identitas pasien atau biodata
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan. Pada pasien diare akut sebagian besar adalah anak yang berumur dibawah 2 tahun. Insiden paling tinggi terjadi pada umur 6-11 bulan karena pada masa ini mulai diberikan makanan pedamping.
b.   Keluhan utama
Buang air besar lebih 3 kali sehari, BAB kurang 4 kali dan cair ( diare tanpa dehidrasi ), bab 4-10 kali dan cair ( dehidrasi ringan sedang ), atau BAB lebih dari 10 kali ( dehidrasi berat ). Apabila diare berlangsung kurang dari 14hari maka diare tersebut adalah diare akut, semntara apabila berlangsung 14 hari atau lebih diare adalah diare persisten.
c.   Riwayat penyakit sekarang
                 Menurut Suharyono ( 1999 )
·   Mula – mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang, atau tidak ada dan kemungkinan timbul diare
·   Tinja makin cair mungkin disertai lender atau lendir darah, warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
·   Anus dan daerah sekitar menjdai lecet akrena sering defekasi dan sifatnya makin lama makin asam
·    Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare
·   Apabila pasien telah banyak kelhilangan cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi mulai tampak.
d.   Riwayat kesehatan meliputi
·     Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering terjadi atau berakibat berat pada anak – anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada pasien
·     Riwayat alergi terhadap makanan atau obat – obatan  ( antibotik ) karena factor ini merupakna salah satu kemningkinan penyebab diare.
·   Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak yang berusia dibawah 2 tahun, biasanya batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum selama atau setelah diare.
e.   Riwayat nutrisi
                 Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare meliputi
·  Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.
·  Pemberian susu formula apakah di buat menggunakan air masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan menimbulkan pencemaran
·   Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus atau minum biasa. Pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus ingin minum banyak sedangkan pada dehidrasi berat anak malas minum atau tidak bias minum
f.    Pemeriksaan fisik
a.    Keadaan umum
Baik. Sadar, tanpa dehidrasi
Gelisah, rewel (dehidrasi ringan dan sedang)
Lesu, lunglai, atau tidak sadar
b.    Berat badan. Menurut S. Partono (1999), anak yang diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan.
c.    Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit dapat dilakukan pemeriksaan turgor yaitu dengan mencubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari.
d.    Kepala
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya biasanya cekung.
e.    Mata
Anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan/sedang, kelopak matanya cekung/cowong. Sedangkan bila mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya sangat cekung.
f.     Mulut dan lidah
Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)
Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang)
Mulut dan lidah sangat kering( dehidrasi berat)
g.    Abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram, dan bising usu yang meningkat
h.    Anus apakah ada iritasi
i.      Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tinja baik secara makroskopi maupun mikroskopi dengan kultur
Test malabsobsi yang meliputi karbohidrat(pH, clini Test) lemak dan kultur urin
2.   Diagnosa yang bisa muncul
a.  Kekurangan volume cairan  berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat
c.  Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap infeksi usus
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus gastrointestinal.
e.  Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare.
f.   Cemas (takut) berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan tidak kenal, prosedur yang menimbulkan stres.
g.  Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan krisis situasi kurang pengetahuan.
3.    Perencanaan
a.   Diagnosa 1 : Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Tujuan : Kemampuan menjaga keseimbangan cairan tubuh baik dikompartemen intrasel maupun ekstrasel.
NOC :
1)    Cairan dalam 24 jam seimbang
2)    Tidak ada ascitesTidak ada oudem perifer
3)    Membran mukosa lembab
4)    Serum elektrolit dalam batas normal
NIC :
1)  Beri larutan rehidrasi oral
2)  Beri agensantimikroba sesuai ketentuan
3)  Setelah rehidrasi, berikan diet regular sesuai toleransi
4)  Pertahankan pencatatan yang ketat terhadap masukan dan keluaran
5)  Timbang berat badan untuk mengkaji hidrasi
6)  Kaji tanda – tanda vital.
b.   Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan  nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat
Tujuan : jumlah intake makanan dan cairan dalam periode 24 jam
NOC :
1)      Intake nutrisi per oral
2)      Intake nutrisi per sonde
3)      Intake cairan per oral
4)      Intake cairan parenteral
NIC :
1)  Setelah rehidrasi, instruksikan ibu untuk melanjutkan pemberian ASI
2)  Hindari pemberian diet rendah energy dan protein, terlalu tinggi dalam karbohidrat dan rendah elektrolit
3)  Observasi dan catat respon terhadap pemberian makanan untuk megkaji toleransi pemberian makanan

4)  Instruksikan keluarga dalam pemberian diet yang tepat untuk meningkatkan kepatuhan terhadap program terpeutik.