Monday, 14 March 2016

HIPOSPADIA, FIMOSIS, EPISPADIA

HIPOSPADIA, FIMOSIS, DAN  EPISPADIA
PADA ANAK





Disusun Oleh :
Danang Kurniawan                 2010.152

II B


AKADEMI KEPERAWATAN PANTI KOSALA
SURAKARTA
2011


I.     HIPOSPADIA

A.  Pengertian
Hipospadia adalah suatu kelainan konginetal genetalia eksterna lelaki akibat tidak sempurnanya perkembangan uretra anterior, penis, dan prepusium. Tanda klinis yang tampak adalah posisi abnormal orifisium uretra eksterna ( OUE ), adanya kurvatura penis, dan adanya prepusium yang tidak menutupi keseluruhan gland penis.

B.   Etiologi
1.      Embriologi.
2.      Maskulinisasi inkomplit dari genetalia karena involusi yang prematur dari sel intersitisial testis. ( kumpulan0askep.wordpress.com/ )
C.   Patofisiologi
Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang penis, hingga akhirnya di perineum. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.

D.    Manifestasi Klinis
Aliran urin dapat membelok kearah atau menyebar dan mengalir kembali sepanjang batang penis. Anak dengan hipospadia penoskrotal atau perineal berkemih dalam posisi duduk.Pada hipospadia glanduler atau koronal anak mampu untuk berkemih berdiri, dengan sedikit mengangkat penis keatas.

E.   Klasifikasi
Terdapat berbagai derajat penyakit, tergantung pada posisi meatus uretra.
1.         Hipospadia Glandular
2.         Hipospadia Koronal
3.         Hipospadia Penis
4.         Hipospadia Penoskrotal
5.         Hipospadia Perineal

F.    Akibat
Akibat yang bisa ditimbulkan oleh hipospadia adalah :
1.         Masalah fertilitas
Dengan adanya chordee, hubungan seks dapat terganggu, namun ejakulasi tidak.Korpus spongiosum yang berperan pada ejakulasi tidak berkembang sempurna pada hipospadia berat.
2.         Masalah miksi / berkemih
Semakin berat hipospadia semakin sulit penderita untuk berkemihsecara normal.
3.         Masalah psikoseksual.

G . Penatalaksanaan
1.      Koreksi Bedah
Tujuan dari terapi adalah membentuk penyesuaian dan panjang uretra adekuat, membuka pada ujung glands, untuk memberikan orifisium yang tidak tersumbat yang diarahkan kedepan untuk mencegah penyebaran dan memberikan penis yang cukup lurus untuk memungkinkan hubungan seksual, koreksi dari deformitas biasanya dalam dua stadium. Pembedahan pertama dilakukan jika anak berumur tiga tahun untuk mengkoreksi korde. Dengan tujuan meluruskan penis dan menyiapkan jalan untuk uretroplasti. Operasi kedua dilakukan beberapa bulan kemudian untuk membawa orifisium sedekat mungkin pada ujung glands. Ini memerlukan diversi dari aliran urin, biasanya melalui uretrostomi yang dibuat sementara pada perineum, melalui uretrostomi folley kateter diinsersikan kedalam kandung kemih. Hal ini memungkinkan penyembuhan luka. Kulit penis dibalik kedalam untuk membentuk tuba urinarius yang baru.
2.      Persiapan pra bedah
3.      Penatalaksanaan pasca bedah :
a.       Anak harus tirah baring hingga kateter diangkat.
b.      Baik luka penis dan tempat luka donor dijaga tetap bersih dan kering.
c.       Perawatan kateter.
d.      Pemeriksaan urin untuk memeriksa kandungan bakteri.
e.       Masukan cairan yang adekuat untuk mempertahankan aliran ginjal dan mengencerkan toksin.
f.       Pengangkatan jahitan setelah 5 – 7 hari.
g.      Orang tua diberi saran mengenai setiap masalah yang menyangkut luka atau jika anak mempunyai kesulitan untuk mengeluarkan urin.


II.   FIMOSIS

A.       Pengertian
Fimosis adalah pembukaan prepusium yang kecil, sehingga prepusium tidak dapat ditarik kebelakang glands penis. Mulut prepusium yang sangat sempit sering mengganggu miksi, sehingga bayi mengejan bila berkemih. Pada parafimosis kulit luar penis mengalami retraksi dibelakang korona glands sehingga tidak dapat ditarik ke bawah, akibatnya segera terjadi pembengkakan serta perubahan warna glands penis.

B.       Etiologi
Fimosis dapat terjadi dikarenakan adanya penyempitan pada ujung preputium karena terjadi perlengketan dengan glans penis (tidak dapat ditarik ke proksimal) sehingga pada saat miksi terjadi gangguan aliran urin dimana urin mengumpul di ruang antara preputium dan glans penis (tampak menggelembung).

C.       Patofisiologi
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi alamiah antara prepusium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul didalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat prepusium terdilatasi perlahan-lahan sehingga prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal.
Tapi pada sebagian anak, prepusium tetap lengket pada glans penis, sehingga ujung preputium mengalami penyempitan dan akhirnya dapat mengganggu fungsi miksi / berkemih. Smegma terjadi dari sel-sel mukosa prepusium dan glans penis yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada didalamnya.

D.       Manifestasi Klinis
1.       Gangguan aliran urin seperti sulit kencing, pancaran urin mengecil, menggelembungnya ujung prepusium penis pada saat miksi dan menimbulkan retensi urin.
2.       Higiene lokal yang kurang bersih menyebabkan terjadinya infeksi pada prepusium (postitis), infeksi pada glans penis (balanitis) atau infeksi pada glans penis dan prepusium penis (balanopostitis).
3.       Kadang ada benjolan lunak di ujung penis karena adanya korpus smegma (timbunan smegma didalam sakus prepusium penis).

E.        Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi termasuk ulserasi meatus. Ini terjadi sebagai akibat amonia yang membakar epitel glands. Ulkus menimbulkan nyeri pada saat berkemih dengan kadang – kadang adanya perkembangan perdarahan dan retensi urin. Ulserasi meatus dapat menimbulkan stenosis meatus. Hal ini dapat diterapi dengan meatotomi dan dilatasi.

F.        Penatalaksanaan
Prinsip terapi dan manajemen perawatan pada fimosis adalah :
1.        Perawatan rutin.
2.        Menjaga kebersihan penis. Penis harus dibasuh secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan berbaring dengan popok basah dalm waktu yang lama.
3.        Fimosis dapat diterapi dengan membuat celah dorsal untuk mengurangi obstruksi terhadap aliran keluar.
4.        Sirkumsisi.


III.      EPISPADIA

A.       Pengertian
Epispadias adalah kelainan bawaan dari alat kelamin eksternal dan bawah saluran kemih akibat perkembangan yang tidak lengkap dari permukaan dorsal penis atau klitoris dan dinding atas dari uretra yang karena itu terbuka. Akibatnya, meatus uretra eksternal memiliki lokasi yang tidak biasa di titik variabel antara leher kandung kemih dan puncak kepala penis.

B.       Etiologi
1.    Idiopatik.
2.    Dapat dihubungkan dengan faktor genetik, lingkungan atau pengaruh hormonal.


C.       Patofisiologi
Pada anak laki-laki yang terkena, penis biasanya luas, dipersingkat dan melengkung ke arah perut (chordee dorsal). Biasanya, meatus terletak di ujung penis, namun anak laki-laki dengan epispadias, terletak di atas penis. Dari posisi yang abnormal ke ujung, penis dibagi dan dibuka, membentuk selokan. Seolah-olah pisau dimasukkan ke meatus normal dan kulit dilucuti di bagian atas penis. Klasifikasi epispadias didasarkan pada lokasi meatus pada penis. Hal ini dapat diposisikan pada kepala penis (glanular), di sepanjang batang penis (penis) atau dekat tulang kemaluan (penopubic). Posisi meatus penting dalam hal itu memprediksi sejauh mana kandung kemih dapat menyimpan urin (kontinensia). Semakin dekat meatus adalah dasar atas penis, semakin besar kemungkinan kandung kemih tidak akan menahan kencing.
Dalam kebanyakan kasus epispadias penopubic, tulang panggul tidak datang bersama-sama di depan. Dalam situasi ini, leher kandung kemih tidak dapat menutup sepenuhnya dan hasilnya adalah kebocoran urin. Kebanyakan anak laki-laki dengan epispadias penopubic dan sekitar dua pertiga dari mereka dengan epispadias penis memiliki kebocoran urin stres (misalnya, batuk dan usaha yang berat). Pada akhirnya, mereka mungkin membutuhkan bedah rekonstruksi pada leher kandung kemih. Hampir semua anak laki-laki dengan epispadias glanular memiliki leher kandung kemih yang baik. Mereka dapat menahan kencing dan melatih bak normal. Namun, kelainan penis (membungkuk ke atas dan pembukaan abnormal) masih memerlukan operasi perbaikan.
Epispadias adalah jauh lebih jarang pada anak perempuan, dengan hanya satu dari 565.000 terpengaruh. Mereka yang terpengaruh memiliki tulang kemaluan yang dipisahkan untuk berbagai derajat. Hal ini menyebabkan klitoris tidak menyatu selama perkembangan, sehingga kedua bagian klitoris. Selanjutnya, leher kandung kemih hampir selalu terpengaruh. Akibatnya, anak perempuan dengan epispadias selalu bocor urin stres (misalnya, batuk dan usaha yang berat). Untungnya, dalam banyak kasus, perawatan bedah dini dapat menyelesaikan masalah ini.

D.       Manifestasi Klinis

1.    Uretra terbuka pada saat lahir, posisi dorsal
2.    Terdapat penis yg melengkung ke arah dorsal, tampak jelas pada saat ereksi
3.     Terdapat chordae
4.    Terdapat lekukan pada ujung penis
5.    Inkontinesia urin timbul pd epispadia penopubis (95%) dan penis (75%) karena perkembangan yang salah dari sfingter urinarius.

E.        Klasifikasi
Tergantung pada posisi meatus kemih dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk :
a.       Balanica atau epispadias kelenjar
adalah malformasi terbatas pada kelenjar, meatus terletak pada permukaan, alur dari meatus di puncak kepala penis. Ini adalah jenis epispadias kurang sering dan lebih mudah diperbaiki.
b.      Epispadias penis
derajat pemendekan lebih besar dengan meatus uretra terletak di titik variabel antara kelenjar dan simfisis pubis.
c.       Penopubica epispadias
varian yang lebih parah dan lebih sering. Uretra terbuka sepanjang perpanjangan seluruh hingga leher kandung kemih yang lebar dan pendek.

F.        Penatalaksanaan
Bedah Teknik
Berbeda dengan hipospadia di mana ada sejumlah besar teknik bedah yang menawarkan pilihan terapi yang berbeda, karena koreksi epispadia termasuk alternatif bedah dan hasil dari sudut pandang fungsional sering tidak memuaskan. Ketika epispadias tidak terkait dengan inkontinensia urin perawatan bedah terbatas pada rekonstruksi kepala penis dan uretra menggunakan plat uretra.
Ketika epispadias dikaitkan dengan inkontinensia urin pengobatan menjadi lebih kompleks. Dalam rangka meminimalkan dampak psikologis, usia yang paling cocok untuk perbaikan bertepatan dengan tahun pertama atau kedua kehidupan.
Yang penting untuk perbaikan epispadia sukses meliputi:
a.       Pemanjangan penis
b.      Urethroplasty
c.       Cakupan cacat kulit dorsal penis


DAFTAR PUSTAKA

Latief, Abdul, et al. Diagnosis Fisis pada Anak. Jakarta : CV Sagung Seto, 2003.
Sacharin, Rosa M. Prinsip Keperawatan Pediatrik ( Principles of Paediatric Nursing ). Jakarta : EGC, 1993.
Trihono, Partini P. dan Asti Praborini. Pediatrics Update. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2003.
kumpulan0askep.wordpress.com/

http://www.ipospadia.it/epispadia.htm













No comments:

Post a Comment