TERMOREGULASI
1. Definisi
Mekanisme fisiologis dan perilaku mengatur keseimbangan antara panas
yang hilang dan dihasilkan atau lebih sering disebut sebagai termoregulasi. Mekanisme
tubuh harus mempertahankan hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas
agar suhu tubuh tetap konstan dan normal. Hubungan ini diatur oleh mekanisme
neurologis dan kardiovaskuler. (Potter dan Perry, 2010)
2. Anatomi
Fisiologi
Sistem yang mengatur suhu tubuh memiliki tiga bagian penting: sensor di
bagian permukaan dan inti tubuh, integrator di hipotalamus, dan sistem efektor
yang dapat menyesuaikan produksi serta pengeluaran panas. (Kozier, et al., 2011)
Hipotalamus, yang terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu
tubuh sebagaimana thermostat dalam rumah. Hipotalamus merasakan perubahan
ringan pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan
hipotalamus posterior mengontrol produksi panas.
Bila
sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas melebihi set point, implusakan dikirim untuk menurunkan
suhu tubuh. Mekanisme pengeluaran panas termasuk berkeringat, vasodilatasi (pelebaran)
pembuluh darah dan hambatan produksi panas. Darah didistribusi kembali ke
pembuluh darah permukaan untuk meningkatkan pengeluaran panas. Jika hipotalamus
posterior merasakan suhu tubuh lebih rendah dari set point, mekanisme
konservasi panas bekerja. Vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh darah
mengurangi aliran aliran darah ke kulit dan ekstremitas. Kompensasi produksi
panas distimulasi melalui kontraksi otot volunter dan getaran (menggigil) pada
otot. Bila vasokonstriksi tidak efektif dalam pencegahan tambahan pengeluaran
panas, tubuh mulai mengigi. Lesi atau trauma pada hipotalamus atau korda spinalis,
yang membawa pesan hipotalamus, dapat menyebabkan perubahan yang serius pada kontrol
suhu. (Potter dan Perry, 2005)
3. Mekanisme
Demam
Menurut Potter dan Perry (2005), mekanisme demam adalah sebagai
berikut.
Hiperpireksia atau demam terjadi karena
mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk memepertahankan kecepatan
pengeluaran kelebihan produksi panas, yang menyebabakan peningkatan suhu tubuh
abnormal. Demam sebenarnya merupakan akibat dari perubahan set point
hipotalamus. Pirogen seperti bakteri dan virus menyebabkan peningkatan suhu
tubuh. Saat bakteri dan virus tersebut masuk ke dalam tubuh, pirogen bekerja sebagai
antigen, memepengaruhi sistem imun. Sel darah putih diproduksi lebih banyak
lagi untuk meningkatkan pertahanan tubuh melawan infeksi. Substansi ini juga
mencetuskan hipotalamus untuk mencapai set point.
Untuk mencapai set point baru yang lebih tinggi, tubuh memproduksi dan
menghemat panas. Dibutuhkan beberapa jam untuk mencapai set point baru dari
suhu tubuh. Selama periode ini orang menggigil, gemetar dan merasa kedinginan
meskipun suhu tubuh meningkat.
Fase menggigil berakhir ketika set point baru, suhu yang lebih tinggi
tercapai. Selama fase berikutnya, masa stabil, menggigil hilang dan pasien
merasa hangat dan kering. Jika set point baru telah ‘melampaui batas’, atau
pirogen telah dihilangkan (misalnya estruksi bakteri oleh antibiotik), terjadi fase
ketiga episode febris. Set point hipotalamus turun, menimbulkan respon
pengeluaran panas. Kulit menjadi hangat dan kemerahan karena vasodilatasi. Demam merupakan mekanisme pertahanan yang
penting. Demam juga bertarung dengan infeksi karena virus menstimulasi
interfero, substansi ini yang bersifat melawan virus. Pola demam berbeda,
bergantung pada pirogen. Durasi dan derajat
demam bergantung pada kekuatan pirogen dan kemampuan individu untuk berespon.
4. Fakor
Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
Menurut Potter dan Perry (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi suhu
tubuh antara lain:
a. Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi
kematangan mekanisme pengaturan suhu sehingga dapat terjadi perubahan suhu
tubuh yang drastis terhadap lingkungan. Regulasi suhu tubuh baru mencapai
kestabilan saat pubertas. Suhu normal akan terus menurun saat seseorang semakin
tua. Mereka lebih sensitif terhadap suhu yang ekstrem karena perburukan
mekanisme pengaturan, terutama pengaturan vasomotor (vasokonstriksi dan
vasodilatasi) yang buruk, berkurangnya jaringan subkutan, berkurangnya
aktivitas kelenjar keringat, dan metabolisme menurun.
b. Olahraga
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak
darah serta peningkatan pemecahan karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk
olahraga meningkatkan metabolisme dan dapat meningkatkan produksi panas terjadi
peningkatan suhu tubuh.
c. Kadar
Hormon
Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu
tubuh yang lebih besar. Hal ini karena ada variasi hormonal saat siklus
menstruasi. Kadar progesteron naik dan turun sesuai siklus menstruasi. Variasi
suhu ini dapat membantu mendeteksi masa subur seorang wanita. Perubahan suhu
tubuh juga terjadi pada wanita saat menopause. Mereka biasanya mengalami
periode panas tubuh yang intens dan perspirasi selama 30 detik sampai 5 menit. Pada
periode ini terjadi peningkatan suhu tubuh sementara sebanyak 40 C,
yang sering disebut hot flashes. Hal
ini diakibatkan ketidakstabilan pengaturan vasomotor.
d. Irama
Sirkadian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5
sampai 10C selama periode 24 jam. Suhu terendah berada diantara
pukul 1 sampai 4 pagi. Pada siang hari, suhu tubuh meningkat dan mencapai maksimum
pada pukul 6 sore, lalu menurun lagi sampai pagi hari. Pola suhu ini tidak
mengalami perubahan pada individu yang bekerja di malam hari dan tidur di siang
hari.
e. Stress
Stress fisik maupun emosional
meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan saraf. Perubahan
fisiologis ini meningkatkan metabolisme, yang akan meningkatkan produksi panas.
f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh.
Tanpa mekanisme kompensasi yang tepat, suhu tubuh manusia akan berubah
mengikuti suhu lingkungan.
Selain
itu sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap
produksi panas tubuh yang lain menurut Kozier, et al., (2011) antara lain :
a. Laju
Metabolisme Basal (BMR)
Laju metabolisme basal (BMR)
merupakan lagi penggunaan energi yang diperlukan tubuh untuk mempertahankan
aktivitas penting seperti bernapas. Laju metabolisme akan meningkat seiring
dengan peningkatan usia. Pada umumnya, semakin muda usia individu, semakin
tinggi BMR-nya.
b. Aktivitas
otot
Aktivitas otot , termasuk
menggigil akan meningkatkan laju metabolisme.
c. Sekresi
tiroksin
Peningkatan sekresi tiroksin
akan meningkatkan laju metabolisme sel di seluruh tubuh. Efek ini biasanya
disebut sebagai termogenesis kimiawi, yaitu stimulasi untuk menghasilkan panas
di seluruh tubuh melalui peningkatan metabolisme seluler.
d. Stimulasi
epinefrin, norepinefrin, dan simpatis.
Hormon ini segera bekerja
meningkatkan laju metabolisme seluler di banyak jaringan tubuh. Epinefrin dan
norepinefrin langsung bekerja mempengaruhi sel hati dan sel otot, yang kemudian
akan meningkatkan laju metabolisme seluler.
e. Demam
Demam dapat meningkatkan laju
metabolisme dan kemudian akan meningkatkan suhu tubuh.
5. Pengeluaran
Panas
Menurut Potter dan Perry (2005), pengeluaran
dan produksi panas terjadi secara konstan, pengeluaran panas secara normal
melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi.
a. Radiasi
Adalah perpindahan panas dari permukaan
suatu objek ke permukaan objek lain tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah
melalui gelombang elektromagnetik. Aliran darah dari organ internal inti
membawa panas ke kulit dan ke pembuluh darah permukaan. Jumlah panas yang
dibawa ke permukaan tergantung dari tingkat vasokonstriksi dan vasodilatasi
yang diatur oleh hipotalamus. Panas menyebar dari kulit ke setiap objek yang
lebih dingi disekelilingnya. Penyebaran meningkat bila perbedaan suhu antara
objek juga meningkat.
b. Konduksi
Adalah perpindahan panas dari satu objek
ke objek lain dengan kontak langsung. Ketika kulit hangat menyentuh objek yang
lebih dingin, panas hilang. Ketika suhu dua objek sama, kehilangan panas
konduktif terhenti. Panas berkonduksi melalui benda padat, gas, cair.
c. Konveksi
Adalah perpindahan panas karena gerakan
udara. Panas dikonduksi pertama kali pada molekul udara secara langsung dalam
kontak dengan kulit. Arus udara membawa
udara hangat. Pada saat kecepatan arus udara meningkat, kehilangan panas
konvektif meningkat.
d. Evaporasi
Adalah perpindahan energi panas ketika
cairan berubah menjadi gas. Selama evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang
untuk setiap gram air yang menguap. Ketika suhu tubuh meningkat, hipotalamus
anterior member signal kelenjar keringat untuk melepaskan keringat. Selama
latihan dan stress emosi atau mental, berkeringat adalah salah satu cara untuk
menghilangkan kelebihan panas yang dibuat melalui peningkatan laju metabolik.
Evaporasi berlebihan dapat menyebabkan kulit gatal dan bersisik, serta hidung
dan faring kering.
e. Diaforesis
Adalah prespirasi visual dahi dan toraks
atas. Kelenjar keringat berada dibawah dermis kulit. Kelenjar mensekresi
keringat, larutan berair yang mengandung natrium dan klorida, yang melewati
duktus kecil pada permukaan kulit. Kelenjar dikontrol oleh sistem saraf
simpatis. Bila suhu tubuh meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan keringat,
yang menguap dari kulit untuk meningkatkan kehilangan panas. Diaphoresis kurang
efisien bila gerakan udara minimal atau bila kelembaban udara tinggi.
6. Gangguan Termoregulasi
Menurut Potter
dan Perry (2005), gangguan pada termoregulasi antara lain sebagai berikut:
a. Kelelahan
akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak
mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan
oleh lingkungan yang terpejan panas. Tanda dan gejala kurang volume caiaran
adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas. Tindakan pertama yaitu
memindahkan klien kelingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan
cairan dan elektrolit.
b. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan
produksi panas adalah hipertermi.
c. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar
matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme
pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya
panas dengan angka mortalitas yang tinggi. Heatstroke dengan suhu lebih besar
dari 40,50C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua
organ tubuh.
d. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan
terus-menerus trehadap dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi
panas., mengakibatkan hipotermi. Dalam kasus hipotermi berat, klien menunjukkan
tanda klinis yang mirip dengan orang mati (misal tidak ada respon terhadap
stimulus dan nadi serta pernapasan sangat lemah).
e. Radang
beku (frosbite)
Terjadi bila tubuh terpapar pada suhu
dibawah normal. Kristal es yang terbentuk di dalam sel dapat mengakibatkan
kerusakan sirkulasi dan jaringan secara permanen. Intervensi termasuk tindakan
memanaskan secara bertahap, analgesik dan perlindungan area yang terkena.
7. Proses
Keperawatan
a. Pengkajian
Menurut Potter dan Perry
(2005), perawat mengkaji temuan pengkajian dan pengelompokan karakteristik yang
ditentukan untuk membuat diagnosa keperawatan. Misalnya : pada peningkatan suhu
tubuh, kulit kemerahan, kulit hangat saat disentuh dan takikardi menandakan
diagnosis hipertermia. Aktivitas pengkajian yang dilakukan yaitu :
1) Ukur
tanda-tanda vital termasuk suhu, nadi dan pernapasan.
2) Palpasi
kulit.
3) Observasi
penampilan dan perilaku klien saat berbicara dan istirahat.
4) Kaji
tanda-tanda klinis demam.
5) Kaji
lokasi yang tepat untuk pengukuran.
6) Kaji
faktor-faktor yang dapat mengubah suhu inti tubuh.
Tujuan pengkajian yang
dilakukan adalah :
1) Mendapatkan
data dasar untuk evaluasi selanjutnya.
2) Mengidentifikasi
apakah suhu inti berada dalam rentang normal.
3) Menetukan
adanya perubahan suhu inti sebagai respon terhadap terapi spesifik (misal: obat
antipiretik, terapi imunosupresi, prosedur invasif).
4) Mengawasi
klien yang beresiko mengalami ketidakseimbangan suhu tubuh.
b. Diagnosa
keperawatan
Ketidakefektifan
termoregulasi yang berhubungan dengan penyakit.
Definisi
dan batasan karakteristik diagnosa tersebut menurut NANDA 2012-2014 seperti
yang dipaparkan oleh Herdman, ed., (2012) adalah sebagai berikut :
1) Definisi
Peningkatan suhu tubuh diatas
kisaran normal.
2) Batasan
karakteristik
Objektif :
a) Kulit
kemerahan.
b) peningkatan
suhu tubuh di atas kisaran normal.
c) Kejang
atau konvulsi.
d) Kulit
teraba hangat.
e) Takikardia.
f) Takipnea.
g) Sedikit menggigil
c. Perencanaan
1) NOC (Nursing Outcome Classification)
Menurut Morhead, et al.,
(2008) NOC untuk diagnosa tersebut antara lain:
a) Termoregulasi
Pengertian : keseimbangan
antara produksi, penambahan dan
kehilangan
Panas
Indikator
:
(1) Tidak
ada sakit kepala atau pusing
(2) Tidak
ada perubahan warna kulit abnormal
(3) Temperature
tubuh dalam batas normal
(4) Nadi DBN
(5) Menggigil
waktu dingin
b) Status
Vital Sign
Pengertian:
status TD, N, RR dan S individu dalam batas normal
Indikator
:
(1)
Temperatur suhu tubuh 36-37OC.
(2)
Respiratory
Rate Dalam Batas Normal.
(3)
Nadi Dalam Batas Normal.
(4)
Tekanan darah Dalam Batas
Normal.
(5)
Melaporkan kenyamanan suhu.
2) NIC (Nursing Intervention Classification)
Menurut Bulechek, Buther, dan
Dochterman, (2008)
NIC untuk diagnosa tersebut antara lain:
a) Regulasi
suhu
Aktivitas :
(1)
Pantau suhu minimal setiap 2
jam, sesuai dengan kebutuhan.
(2)
Pantau warna kulit dan suhu.
(3)
Pantau tanda-tanda vital.
(4)
Pantau adanya kejang.
(5)
Ajarkan pasien atau keluarga
dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini hipertermia.
(6)
Anjurkan untuk perbanyak
asupan cairan oral sedikitnya 2 liter sehari.
(7)
Lepaskan pakaian yang
berlebihan dan tutupi pasien dengan selimut saja.
(8)
Lakukan tapid sponge
(9)
Berikan teknik
non-farmakologi : kompres hangat k/p.
(10)
Kolaborasi dengan dokter, pemberian
obat antipiretik k/p
b) Pemantauan
tanda vital
Aktivitas :
(1)
Pantau tekanan darah.
(2)
Monitor kualitas denyut nadi.
(3)
Pantau frekuensi dan irama
pernapasan.
(4)
Observasi ulang suhu sesuai dengan kebutuhan.
(5) Berikan posisi nyaman ke
pasien dan monitor Vital Sign saat pasien berbaring, duduk atau berdiri .
(6) Anjurkan pasien untuk
mengukur suhu sendiri untuk mencegah dan mengenali secara dini tanda-tanda
hipertermi.
(7) Ajarkan kepada keluarga
tentang tanda-tanda awal demam / hipertermi.
(8) Berikan informasi kepada pasien
atau keluarga terhadap faktor-faktor yang dapat mengubah suhu inti tubuh.
(9) Ajarkan ke keluarga untuk
mengenal lokasi yang tepat untuk pengukuran suhu tubuh.
(10)
Kolaborasi dengan dokter
terhadap pemberian terapi.
nice
ReplyDeleteterima kasih sangat membantu :)
ReplyDelete