Thursday, 17 March 2016

TERMOREGULASI

TERMOREGULASI



1.      Definisi
       Mekanisme fisiologis dan perilaku mengatur keseimbangan antara panas yang hilang dan dihasilkan atau lebih sering disebut sebagai termoregulasi. Mekanisme tubuh harus mempertahankan hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas agar suhu tubuh tetap konstan dan normal. Hubungan ini diatur oleh mekanisme neurologis dan kardiovaskuler. (Potter dan Perry, 2010)
2.      Anatomi Fisiologi
       Sistem yang mengatur suhu tubuh memiliki tiga bagian penting: sensor di bagian permukaan dan inti tubuh, integrator di hipotalamus, dan sistem efektor yang dapat menyesuaikan produksi serta pengeluaran panas. (Kozier, et al., 2011)
       Hipotalamus, yang terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu tubuh sebagaimana thermostat dalam rumah. Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior mengontrol produksi panas.
       Bila sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas melebihi set point, implusakan dikirim untuk menurunkan suhu tubuh. Mekanisme pengeluaran panas termasuk berkeringat, vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah dan hambatan produksi panas. Darah didistribusi kembali ke pembuluh darah permukaan untuk meningkatkan pengeluaran panas. Jika hipotalamus posterior merasakan suhu tubuh lebih rendah dari set point, mekanisme konservasi panas bekerja. Vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh darah mengurangi aliran aliran darah ke kulit dan ekstremitas. Kompensasi produksi panas distimulasi melalui kontraksi otot volunter dan getaran (menggigil) pada otot. Bila vasokonstriksi tidak efektif dalam pencegahan tambahan pengeluaran panas, tubuh mulai mengigi. Lesi atau trauma pada hipotalamus atau korda spinalis, yang membawa pesan hipotalamus, dapat menyebabkan perubahan yang serius pada kontrol suhu. (Potter dan Perry, 2005)
3.      Mekanisme Demam
       Menurut Potter dan Perry (2005), mekanisme demam adalah sebagai berikut.
Hiperpireksia atau demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk memepertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas, yang menyebabakan peningkatan suhu tubuh abnormal. Demam sebenarnya merupakan akibat dari perubahan set point hipotalamus. Pirogen seperti bakteri dan virus menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Saat bakteri dan virus tersebut masuk ke dalam tubuh, pirogen bekerja sebagai antigen, memepengaruhi sistem imun. Sel darah putih diproduksi lebih banyak lagi untuk meningkatkan pertahanan tubuh melawan infeksi. Substansi ini juga mencetuskan hipotalamus untuk mencapai set point.
       Untuk mencapai set point baru yang lebih tinggi, tubuh memproduksi dan menghemat panas. Dibutuhkan beberapa jam untuk mencapai set point baru dari suhu tubuh. Selama periode ini orang menggigil, gemetar dan merasa kedinginan meskipun suhu tubuh meningkat.
       Fase menggigil berakhir ketika set point baru, suhu yang lebih tinggi tercapai. Selama fase berikutnya, masa stabil, menggigil hilang dan pasien merasa hangat dan kering. Jika set point baru telah ‘melampaui batas’, atau pirogen telah dihilangkan (misalnya estruksi bakteri oleh antibiotik), terjadi fase ketiga episode febris. Set point hipotalamus turun, menimbulkan respon pengeluaran panas. Kulit menjadi hangat dan kemerahan karena vasodilatasi.  Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting. Demam juga bertarung dengan infeksi karena virus menstimulasi interfero, substansi ini yang bersifat melawan virus. Pola demam berbeda, bergantung pada pirogen. Durasi dan derajat demam bergantung pada kekuatan pirogen dan kemampuan individu untuk berespon.
4.      Fakor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
       Menurut Potter dan Perry (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh antara lain:
a.       Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan suhu sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap lingkungan. Regulasi suhu tubuh baru mencapai kestabilan saat pubertas. Suhu normal akan terus menurun saat seseorang semakin tua. Mereka lebih sensitif terhadap suhu yang ekstrem karena perburukan mekanisme pengaturan, terutama pengaturan vasomotor (vasokonstriksi dan vasodilatasi) yang buruk, berkurangnya jaringan subkutan, berkurangnya aktivitas kelenjar keringat, dan metabolisme menurun.
b.      Olahraga
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan pemecahan karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk olahraga meningkatkan metabolisme dan dapat meningkatkan produksi panas terjadi peningkatan  suhu tubuh.
c.       Kadar Hormon
Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar. Hal ini karena ada variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar progesteron naik dan turun sesuai siklus menstruasi. Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi masa subur seorang wanita. Perubahan suhu tubuh juga terjadi pada wanita saat menopause. Mereka biasanya mengalami periode panas tubuh yang intens dan perspirasi selama 30 detik sampai 5 menit. Pada periode ini terjadi peningkatan suhu tubuh sementara sebanyak 40 C, yang sering disebut hot flashes. Hal ini diakibatkan ketidakstabilan pengaturan vasomotor.
d.      Irama Sirkadian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 10C selama periode 24 jam. Suhu terendah berada diantara pukul 1 sampai 4 pagi. Pada siang hari, suhu tubuh meningkat dan mencapai maksimum pada pukul 6 sore, lalu menurun lagi sampai pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada individu yang bekerja di malam hari dan tidur di siang hari.
e.       Stress
Stress fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan saraf. Perubahan fisiologis ini meningkatkan metabolisme, yang akan meningkatkan produksi panas.
f.       Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi yang tepat, suhu tubuh manusia akan berubah mengikuti suhu lingkungan.
Selain itu sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap produksi panas tubuh yang lain menurut Kozier, et al., (2011) antara lain :
a.       Laju Metabolisme Basal (BMR)
Laju metabolisme basal (BMR) merupakan lagi penggunaan energi yang diperlukan tubuh untuk mempertahankan aktivitas penting seperti bernapas. Laju metabolisme akan meningkat seiring dengan peningkatan usia. Pada umumnya, semakin muda usia individu, semakin tinggi BMR-nya.
b.      Aktivitas otot
Aktivitas otot , termasuk menggigil akan meningkatkan laju metabolisme.
c.       Sekresi tiroksin
Peningkatan sekresi tiroksin akan meningkatkan laju metabolisme sel di seluruh tubuh. Efek ini biasanya disebut sebagai termogenesis kimiawi, yaitu stimulasi untuk menghasilkan panas di seluruh tubuh melalui peningkatan metabolisme seluler.
d.      Stimulasi epinefrin, norepinefrin, dan simpatis.
Hormon ini segera bekerja meningkatkan laju metabolisme seluler di banyak jaringan tubuh. Epinefrin dan norepinefrin langsung bekerja mempengaruhi sel hati dan sel otot, yang kemudian akan meningkatkan laju metabolisme seluler.
e.       Demam
Demam dapat meningkatkan laju metabolisme dan kemudian akan meningkatkan suhu tubuh.
5.      Pengeluaran Panas
       Menurut Potter dan Perry (2005), pengeluaran dan produksi panas terjadi secara konstan, pengeluaran panas secara normal melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi.
a.       Radiasi
Adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lain tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang elektromagnetik. Aliran darah dari organ internal inti membawa panas ke kulit dan ke pembuluh darah permukaan. Jumlah panas yang dibawa ke permukaan tergantung dari tingkat vasokonstriksi dan vasodilatasi yang diatur oleh hipotalamus. Panas menyebar dari kulit ke setiap objek yang lebih dingi disekelilingnya. Penyebaran meningkat bila perbedaan suhu antara objek juga meningkat.
b.      Konduksi
Adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak langsung. Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin, panas hilang. Ketika suhu dua objek sama, kehilangan panas konduktif terhenti. Panas berkonduksi melalui benda padat, gas, cair.
c.       Konveksi
Adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Panas dikonduksi pertama kali pada molekul udara secara langsung dalam kontak dengan  kulit. Arus udara membawa udara hangat. Pada saat kecepatan arus udara meningkat, kehilangan panas konvektif meningkat.
d.      Evaporasi
Adalah perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas. Selama evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air yang menguap. Ketika suhu tubuh meningkat, hipotalamus anterior member signal kelenjar keringat untuk melepaskan keringat. Selama latihan dan stress emosi atau mental, berkeringat adalah salah satu cara untuk menghilangkan kelebihan panas yang dibuat melalui peningkatan laju metabolik. Evaporasi berlebihan dapat menyebabkan kulit gatal dan bersisik, serta hidung dan faring kering.
e.       Diaforesis
Adalah prespirasi visual dahi dan toraks atas. Kelenjar keringat berada dibawah dermis kulit. Kelenjar mensekresi keringat, larutan berair yang mengandung natrium dan klorida, yang melewati duktus kecil pada permukaan kulit. Kelenjar dikontrol oleh sistem saraf simpatis. Bila suhu tubuh meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan keringat, yang menguap dari kulit untuk meningkatkan kehilangan panas. Diaphoresis kurang efisien bila gerakan udara minimal atau bila kelembaban udara tinggi.
6.      Gangguan Termoregulasi
       Menurut Potter dan Perry (2005), gangguan pada termoregulasi antara lain sebagai berikut:
a.       Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpejan panas. Tanda dan gejala kurang volume caiaran adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien kelingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.
b.      Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah hipertermi.
c.       Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yang tinggi. Heatstroke dengan suhu lebih besar dari 40,50C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh.
d.      Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus trehadap dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas., mengakibatkan hipotermi. Dalam kasus hipotermi berat, klien menunjukkan tanda klinis yang mirip dengan orang mati (misal tidak ada respon terhadap stimulus dan nadi serta pernapasan sangat lemah).
e.       Radang beku (frosbite)
Terjadi bila tubuh terpapar pada suhu dibawah normal. Kristal es yang terbentuk di dalam sel dapat mengakibatkan kerusakan sirkulasi dan jaringan secara permanen. Intervensi termasuk tindakan memanaskan secara bertahap, analgesik dan perlindungan area yang terkena.
7.      Proses Keperawatan
a.       Pengkajian
Menurut Potter dan Perry (2005), perawat mengkaji temuan pengkajian dan pengelompokan karakteristik yang ditentukan untuk membuat diagnosa keperawatan. Misalnya : pada peningkatan suhu tubuh, kulit kemerahan, kulit hangat saat disentuh dan takikardi menandakan diagnosis hipertermia. Aktivitas pengkajian yang dilakukan yaitu :
1)      Ukur tanda-tanda vital termasuk suhu, nadi dan pernapasan.
2)      Palpasi kulit.
3)      Observasi penampilan dan perilaku klien saat berbicara dan istirahat.
4)      Kaji tanda-tanda klinis demam.
5)      Kaji lokasi yang tepat untuk pengukuran.
6)      Kaji faktor-faktor yang dapat mengubah suhu inti tubuh.
Tujuan pengkajian yang dilakukan adalah :
1)      Mendapatkan data dasar untuk evaluasi selanjutnya.
2)      Mengidentifikasi apakah suhu inti berada dalam rentang normal.
3)   Menetukan adanya perubahan suhu inti sebagai respon terhadap terapi spesifik (misal: obat antipiretik, terapi imunosupresi, prosedur invasif).
4)      Mengawasi klien yang beresiko mengalami ketidakseimbangan suhu tubuh.
b.      Diagnosa keperawatan
Ketidakefektifan termoregulasi yang berhubungan dengan penyakit.
Definisi dan batasan karakteristik diagnosa tersebut menurut NANDA 2012-2014 seperti yang dipaparkan oleh Herdman, ed., (2012) adalah sebagai berikut :
1)      Definisi
Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.
2)      Batasan karakteristik
Objektif :
a)      Kulit kemerahan.
b)      peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.
c)      Kejang atau konvulsi.
d)     Kulit teraba hangat.
e)      Takikardia.
f)       Takipnea.
g)      Sedikit menggigil
c.       Perencanaan 
1)      NOC (Nursing Outcome Classification)
Menurut Morhead, et al., (2008) NOC untuk diagnosa tersebut antara lain:
a)      Termoregulasi
Pengertian : keseimbangan antara produksi, penambahan dan
kehilangan Panas
Indikator :
(1)   Tidak ada sakit kepala atau pusing
(2)   Tidak ada perubahan warna kulit abnormal
(3)   Temperature tubuh dalam batas normal
(4)   Nadi DBN
(5)   Menggigil waktu dingin
b)      Status Vital Sign
Pengertian: status TD, N, RR dan S individu dalam batas normal
Indikator :
(1)   Temperatur suhu tubuh 36-37OC.
(2)   Respiratory Rate Dalam Batas Normal.
(3)   Nadi Dalam Batas Normal.
(4)   Tekanan darah Dalam Batas Normal.
(5)   Melaporkan kenyamanan suhu.
2)      NIC (Nursing Intervention Classification)
Menurut Bulechek, Buther, dan Dochterman, (2008) NIC untuk diagnosa tersebut antara lain:
a)      Regulasi suhu
Aktivitas :
(1)         Pantau suhu minimal setiap 2 jam, sesuai dengan kebutuhan.
(2)         Pantau warna kulit dan suhu.
(3)         Pantau tanda-tanda vital.
(4)         Pantau adanya kejang.
(5)         Ajarkan pasien atau keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini hipertermia.
(6)         Anjurkan untuk perbanyak asupan cairan oral sedikitnya 2 liter sehari.
(7)         Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan selimut saja.
(8)         Lakukan tapid sponge
(9)         Berikan teknik non-farmakologi : kompres hangat k/p.
(10)     Kolaborasi dengan dokter, pemberian obat antipiretik k/p
b)      Pemantauan tanda vital
Aktivitas :
(1)         Pantau tekanan darah.
(2)         Monitor kualitas denyut nadi.
(3)         Pantau frekuensi dan irama pernapasan.
(4)         Observasi  ulang suhu sesuai dengan kebutuhan.
(5)   Berikan posisi nyaman ke pasien dan monitor Vital Sign saat pasien berbaring, duduk atau berdiri .
(6)  Anjurkan pasien untuk mengukur suhu sendiri untuk mencegah dan mengenali secara dini tanda-tanda hipertermi.
(7)      Ajarkan kepada keluarga tentang tanda-tanda awal demam / hipertermi.
(8)     Berikan informasi kepada pasien atau keluarga terhadap faktor-faktor yang dapat mengubah suhu inti tubuh.
(9)       Ajarkan ke keluarga untuk mengenal lokasi yang tepat untuk pengukuran suhu tubuh.
(10)     Kolaborasi dengan dokter terhadap pemberian terapi.


2 comments: