DIARE
A.
Definisi
Diare adalah keadaan frekuensi buang air
besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi
feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah
atau darah saja. (Suraatmaja, 2005).
Diare adalah keadaan di mana seorang
individu mengalami atau beresiko mengalami defekasi sering dengan feses cair,
atau feses tidak berbentuk. (Sodikin, 2011).
B.
Klasifikasi
1. Diare
akut : diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya
sehat.
2. Diare
kronik : diare yang berlanjut sampai 2minggu atau lebih dengan kehilangan berat
badan atau berat badan tidak bertambah selama masa diare tersebut.
C.
Etiologi
Penyebab diare
dapat dibagi dalam beberapa faktor
1. Faktor infeksi
Infeksi saluran
pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
a. Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli,
Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
b. Infeksi virus : Enteroviru,
Adenovirus, Rotavirus. Astrovirus.
c. Infeksi parasit : Cacing ( Ascaris,
Trichuris, Oxyuris, strongyloides ); Protozoa (Etamoba histolytica, Giardia
lamblia, Trichomonas hominis ); jamur ( Candida albicans ).
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida
( intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa ), monosakarida ( intoleransi
glukosa, fruktosa dan galaktosa ). Pada bayi dan anak yang terpenting dan
tersering adalah intoleransi laktosa ).
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi,
beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan
cemas.
D.
Tanda
& Gejala
1. Feses
lunak, cair.
2. Peningkatan
frekuensi defekasi
3. Kram
perut
4. Frekuensi
bising usus meningkat
E.
Patofisologi
Mekanisme dasar yang
menyebabkan timbulnya diare ialah:
1.
Gangguan osmotik
Adanya makanan atau
zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
2.
Gangguan sekresi
Akibat rangsangan
tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi,
air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena
peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan
menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul
diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
F.
Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Hipokalemia
3. Hipoglikemia
4. Intoleransi
sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase
5. Kejang
terjadi pada dehidrasi hipertonik
6. Malnutrisi
energy
G.
Penatalaksanaan
Medis & Keperawatan
Medis
:
1. Pemberian
cairan : jenis caiaran,cara memberi cairan,jumlah pemberian cairan
2. Dietetik
(cara memberikan makanan)
3. Obat
– obatan
Keperawatan :
1. Resiko
terjadi gangguan siskulasi darah
2. Kebutuhan
nutrisi
3. Risiko
terjadi komplikasi
4. Gangguan
rasa aman dan nyaman
5. Kurangnya
pengetahuan orang tua mengenai penyakin
H.
Proses
Keperawatan
1.
Pengkajian
a. Identitas
pasien atau biodata
Meliputi nama lengkap,
tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku
bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan. Pada pasien diare
akut sebagian besar adalah anak yang berumur dibawah 2 tahun. Insiden paling
tinggi terjadi pada umur 6-11 bulan karena pada masa ini mulai diberikan
makanan pedamping.
b.
Keluhan utama
Buang
air besar lebih 3 kali sehari, BAB kurang 4 kali dan cair ( diare tanpa
dehidrasi ), bab 4-10 kali dan cair ( dehidrasi ringan sedang ), atau BAB lebih
dari 10 kali ( dehidrasi berat ). Apabila diare berlangsung kurang dari 14hari
maka diare tersebut adalah diare akut, semntara apabila berlangsung 14 hari
atau lebih diare adalah diare persisten.
c.
Riwayat penyakit sekarang
Menurut
Suharyono ( 1999 )
· Mula – mula bayi atau anak
menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang, atau tidak
ada dan kemungkinan timbul diare
· Tinja makin cair mungkin
disertai lender atau lendir darah, warna tinja berubah menjadi kehijauan karena
bercampur empedu.
· Anus dan daerah sekitar
menjdai lecet akrena sering defekasi dan sifatnya makin lama makin asam
· Gejala muntah dapat terjadi
sebelum atau sesudah diare
· Apabila pasien telah banyak
kelhilangan cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi mulai tampak.
d. Riwayat
kesehatan meliputi
· Riwayat imunisasi terutama
campak, karena diare lebih sering terjadi atau berakibat berat pada anak – anak
dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4minggu terakhir, sebagai
akibat dari penurunan kekebalan pada pasien
· Riwayat alergi terhadap
makanan atau obat – obatan ( antibotik )
karena factor ini merupakna salah satu kemningkinan penyebab diare.
· Riwayat penyakit yang sering
terjadi pada anak yang berusia dibawah 2 tahun, biasanya batuk, panas, pilek,
dan kejang yang terjadi sebelum selama atau setelah diare.
e. Riwayat
nutrisi
Riwayat
pemberian makanan sebelum sakit diare meliputi
· Pemberian ASI penuh pada
anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.
· Pemberian susu formula
apakah di buat menggunakan air masak dan diberikan dengan botol atau dot,
karena botol yang tidak bersih akan menimbulkan pencemaran
· Perasaan haus. Anak yang
diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus atau minum biasa. Pada dehidrasi ringan
atau sedang anak merasa haus ingin minum banyak sedangkan pada dehidrasi berat
anak malas minum atau tidak bias minum
f.
Pemeriksaan fisik
a.
Keadaan umum
Baik.
Sadar, tanpa dehidrasi
Gelisah,
rewel (dehidrasi ringan dan sedang)
Lesu,
lunglai, atau tidak sadar
b.
Berat badan. Menurut S.
Partono (1999), anak yang diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan
berat badan.
c.
Kulit
Untuk
mengetahui elastisitas kulit dapat dilakukan pemeriksaan turgor yaitu dengan
mencubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari.
d.
Kepala
Anak
berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya biasanya
cekung.
e.
Mata
Anak
yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal. Apabila mengalami
dehidrasi ringan/sedang, kelopak matanya cekung/cowong. Sedangkan bila
mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya sangat cekung.
f.
Mulut dan lidah
Mulut
dan lidah basah (tanpa dehidrasi)
Mulut
dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang)
Mulut
dan lidah sangat kering( dehidrasi berat)
g.
Abdomen kemungkinan
mengalami distensi, kram, dan bising usu yang meningkat
h.
Anus apakah ada iritasi
i.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
tinja baik secara makroskopi maupun mikroskopi dengan kultur
Test
malabsobsi yang meliputi karbohidrat(pH, clini Test) lemak dan kultur urin
2.
Diagnosa yang bisa muncul
a. Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif.
b. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang
tidak adekuat
c. Hipertermi
berhubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap infeksi usus
d. Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus
gastrointestinal.
e. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare.
f.
Cemas (takut) berhubungan
dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan tidak kenal, prosedur yang
menimbulkan stres.
g. Perubahan
proses keluarga yang berhubungan dengan krisis situasi kurang pengetahuan.
3. Perencanaan
a. Diagnosa
1 : Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Tujuan : Kemampuan menjaga keseimbangan
cairan tubuh baik dikompartemen intrasel maupun ekstrasel.
NOC :
1) Cairan
dalam 24 jam seimbang
2) Tidak
ada ascitesTidak ada oudem perifer
3) Membran
mukosa lembab
4) Serum
elektrolit dalam batas normal
NIC :
1) Beri
larutan rehidrasi oral
2) Beri
agensantimikroba sesuai ketentuan
3) Setelah
rehidrasi, berikan diet regular sesuai toleransi
4) Pertahankan
pencatatan yang ketat terhadap masukan dan keluaran
5) Timbang
berat badan untuk mengkaji hidrasi
6) Kaji
tanda – tanda vital.
b. Diagnosa
2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat
Tujuan : jumlah intake makanan dan
cairan dalam periode 24 jam
NOC :
1) Intake
nutrisi per oral
2) Intake
nutrisi per sonde
3) Intake
cairan per oral
4) Intake
cairan parenteral
NIC :
1) Setelah
rehidrasi, instruksikan ibu untuk melanjutkan pemberian ASI
2) Hindari
pemberian diet rendah energy dan protein, terlalu tinggi dalam karbohidrat dan
rendah elektrolit
3) Observasi
dan catat respon terhadap pemberian makanan untuk megkaji toleransi pemberian
makanan
4) Instruksikan
keluarga dalam pemberian diet yang tepat untuk meningkatkan kepatuhan terhadap
program terpeutik.